MAUT!

MAUT!
By : Harjanto dc

Dreet…dreeet…glek…

Suara kendaraan sesaat berhenti di depan rumahku. Berpikir tamu yang aku nantikan sejak sore tadi sudah datang.

“Assalamu’alaikum…” Salam dari suara yang tidak begitu aku kenal.

“Wa’alaikumussalam…” Sembari membuka pintu kamar tamu, aku membalas doa yang diberikan sang tamu.

“Arbi ada?” Tanyanya kepadaku. Seolah ia begitu dekatnya dengan kakakku.

“Mas Arbi tidak dirumah.” Jawabku. Sambil mengingat-ingat wajah seseoarang yang ada di hadapanku.

Wajah yang sangat aku kenal. Suara, postur tubuh. Namun ada yang sedikit berbeda pada batok kepalanya. Ada segaris jahitan, seperti bekas kecelakaan. Dengan kumis sedikit tipis, dan jenggot yang hanya sedikit pula. Senyumnya menyerbak hingga aku mulai tersadar, kalau orang itu adalah tetanggaku. Seseorang yang dulu, mungkin beberapa tahun lalu sempat menempati sebuah rumah yang ada di ujung kampong.

Yup. Namanya mas Irfan (Samaran). Penampilan yang sekarang sungguh berbeda. Apa gerangan yang membawanya sampai ke istanaku. Ternyata ingatan tentang permainan bola kakakku masih menempel di kepalanya.

“Lha , ada apa mas?” tanyaku menyelidik.

“Tidak ada apa-apa. Hanya mau mengajaknya futsal.” Jawabnya sambil menaiki Revonya.

“Wah, aku juga bisa. Tapi, kalau sekarang tidak bisa.” Sembari menghibur kekecewaannya.

“Tenane1?” Ledeknya, seolah tidak percaya.

“Yo, tenanlah. Aku Kiper.” Kataku meyakinkannya.

Obrolan pun berlanjut, karena sudah sekian tahun ia tidak pernah lagi muncul di daerahku. Dari obrolan tanya kabar hingga pekerjaan serta masalah yang sangat pribadi.

Irfan mulai bercerita, bertanya kabar beberapa orang yang masih diingatnya. Hingga kemudian bercerita tentang musibah yang menimpanya beberapa waktu lalu. Sewaktu remaja Irfan adalah orang yang suka mendem2, pemakai (drug), dan beberapa kegiatan yang merusak hidupnya ia lakukan. Namun, Idul fitri tahun ini Allah memberikan hidayah dengan kecelakaan.

Kecelakaan itu menjadikannya tak sadarkan diri lebih dari 12 jam. Saat tidak sadar ia bercerita, ada sekelompok orang dengan pakaian putih bersorban melintas dan hendak membawanya pergi, namun seketika pemimpin dari sekelompok orang itu melarang untuk mengajaknya. Katanya pemimpin itu, “Ini belum waktunya dia ikut.”

Seketika Irfan bangun dari koma. Dan mulai menata hidupnya karena mimpi itu ia yakini sebagai teguran dari Allah. Semenjak saat itu, ia pun taubat, ibadah-ibadah wajib serta sunnah ia kerjakan.

Cerita pun terus mengalir, hingga tiba-tiba ia meminta Al Qur’an kepadaku.

“Kamu punya Al Qur’an, nggak? Kalau ada yang pake resleting.” Pintanya.

“Adak kok. Sebentar tak ambilkan.” Langkahku berbalik ke dalam rumah. Mengambil Al qur’an
yang jarang tak baca.

Alhamdulillah akhirnya Al Qur’an yang itu menemukan jodohnya. Yaitu mas Irfan. Selang beberapa saat tamu yang ku tunggu-tunggu pun akhirnya datang. Dan mas irfan pun pamit untuk segera futsal.

“Assalamu’alaikum…” sembari berjalan mengajak kami jabat tangan.

“Wa’alaikumussalam warrohmatullahi wabarrakatuh.”

***
Pelajaran : Kedatangannya pun adalah teguran Allah untukku. untuk lebih meningkatkan keimanan kepadaNYA.

Catatan kaki:
1 Tenane : benarkah?
2 Mendem: Minum-minuman keras